Sabtu, 01 Februari 2014

Jurnal Mama

Pagi ini aku membuka lemari tua ayahku, setelah kepindahan ku kemari, kepindahan kembali tepatnya. Aku belum sempat melihat-lihat rumah tua ini, selain semak belukar di sekeliling rumah yang berencana akan kupotong nanti. Aku masuk dalam rumahku yang telah lama aku tinggalakan, entah kenapa ruang pertama yang ingin aku masuki adalah kamar Mamaku. Aku melihat isi dalam lemari di dalam kamar mama, debu-debu membuat aku tak bisa bernafas dengan baik. Kapan terakhir ayah membersihkan ini? huh, rumah sebagus ini kenapa dibiarkan terbengkalai begitu saja? Dan saat ku tanya alasannya pasti sama, ayah akan teringat mama saat kemari. Tapi mulai tahun ini kuputuskan untuk kemari, tidak peduli pada ayah, aku rindu rumah ini, hal terakhir yang kuingat, adalah saat aku bermain dengan lumpur di halaman belakang dengan Juno. Mungkin dia juga salah satu alasan kenapa aku kembali kemari. aku selalu tersenyum sendiri jika mengingatnya.
Debu dalam lemari itu mulai beranjak turun tertarik gravitasi, dan aku juga mulai bisa melihat bagian dalam lemari itu, beberapa benda-benda lama tertata di dalam lemari itu, ada beberapa baju-baju lama, mungkin itu baju mama. Jika telah kucuci aku ingin memakainya. patung, guci, mawar kering, cincin, buku diary berwarna biru, aku penasaran, apa yang ditulis mama waktu muda?. Kisah cinta yang romantis, kencan pertama, atau bagaimana ayah menyatakan perasaannya. Aku membuka halaman pertama diary itu.
2 juni 1995
Sebaris kata-kata itu terlalu memusingkanku.. sejak kapan aku tak bisa mengeja kata inspirasi dengan benar dalam waktu 5 detik? Seorang dokter bilang gejala ini adalah awal dari sebuah penyakit. Tapi penyakit apa yang membuat kita bodoh perlahan-lahan? Mengingatnya aku ingin tertawa. Memang aku pernah menonton sebuah film, dimana tokoh utama yang berusia lebih dari 60 tahun menderita alzeimer, sejenis penyakit kepikunan, yang pada akhirnya dia menjadi bodoh perlahan-lahan, amnesia tahap demi tahap. Tapi bukankah itu hanya sebuah film? Lagi pula aku 24 tahun. Apa yang kupikirkan… aku hanya tak bisa mengeja inspirasi dengan benar, bukankah itu hal biasa? Semua orang pernah mengalami hal yang seperti itu.
7 agustus 1995
Akhir-akhir ini aku sering membuat masalah, sebanyak 12 kali dalam seminggu aku mulai sering melupakan sesuatu, meninggalakan kartu ujian di meja belajar, handphone, tugas, uang saku di depan teras, menggunakan sandal saat ke kantor, meninggalkan dispenser yang masih mengalir airnya, atau hal-hal lainnya. Aku benci dengan itu, aku benar-benar pikun melebihi nenekku yang telah berumur lebih dari 60 tahun.. adikku sering mengkhawatirkanku tentang itu. lebih baik dari sebelumnya yang selalu tak acuh padaku. Bebarapa teman memberi saran agar aku sering mencatat jurnal, tapi itu pun aku sering lupa.
5 september 1995
Kali ini aku benar-benar takut, dokter mulai menyarankan ku meminum obat-obatan yang ditulis dalam resep. Aku harus mulai menabung untuk menebus obat-obatan itu. adikku yang dulu sangat menyebalkan kini mulai bersikap baik padaku, dia membantuku bekerja agar aku dapat menebus obat-obat itu, dia juga mulai sangat memperhatikanku. Aku bahkan telah lupa bagaimana sikap menyebalakannya beberapa bulan yang lalu. Yang masih membekas di otakku adalah, sikap dingin pertamanya saat ayah dan ibu meninggal. Aku dulu tidak tahu bahwa dia sangat mencintaiku sebagai kakaknya, kupikir hanya aku yang menyayanginya, ternyata dia melebihiku.
22 november
Aku akan bodoh akhir-akhir ini, aku melupakan 2 nama klien penting saat meeting, melupakan salah satu member westlife, melupakan nama atasanku, melupakan janji dengan temanku. Aku tidak tahu akan sebodoh apa aku nanti, semakin lama aku semakin takut.
12 desember 1995
Aku lupa menulis tahun di belakang bulan dalam jurnalku, apa itu masalah besar? Sekarang setiap hari seperti menancap duri di tanganku, semakin lama semakin sakit. Tidak tahu akan berbicara dengan siapa.
1 januari 1996
Regar pria yang baik, dia mendekatiku di malam tahun baru ini, aku merasa aneh saat didekatnya, tapi aku takut, aku takut dia tahu aku bodoh, aku takut dia membenciku karena aku ceroboh dan berkepribadian buruk. Aku takut.
9 Februari 1996
Aku lupa kapan aku menerimanya, dan entah kapan aku mulai sadar, Regar adalah kekasihku sekarang. Kadang aku bahagia menerima kenyataan itu, tapi kadang juga aku menyesal.
14 maret 1996
Saat bangun dari tidurku aku melihat seseorang di depan ku, dia terus menatapku dengan penuh tanda Tanya, kutanya pada adikku, siapa dia? Kenapa menatapku seperti itu. adikku dengan mata sedihnya yang sering kulihat berkata, dia adalah bayanganku sendiri dalam kaca. Aku tidak percaya, aku bahkan tak memngingat wajahku sendiri.
6 mei 1996
Aku melakukan perawatan kulit untuk pertama kali dalam 3 tahun belakangan ini, awalnya aku tak ingat kenapa aku melakukan itu, tapi adikku bilang Regar melamarku sebulan yang lalu. Dan aku menerimnya, aku marah pada diriku sendiri namun seperti marah pada adikku, kenapa aku menerimanya, bagaimana kalau dia tahu aku penyakitan seperti ini?, tapi adikku dengan menangis berkata kalau dia sudah lama tahu.
15 mei 1996
Aku menikah, dengannya. Banyak temanku yang datang tapi sebagian besar aku telah lupa siapa mereka, dan yang lainnya aku telah lupa namanya. Kenyataan tidak ada satu tamu pun yang kuanggak kenal dan dekat denganku, aku merasa asing di pernikahan ku sendiri.
2 September 1996
Aku hamil, begitu kata suamiku pagi ini, dia bilang aku telah melakukan test sebanyak tiga kali untuk meyakinkan itu.
14 januari 1997
Aku merasakan kehidupan dalam perutku. Tapi lagi-lagi aku takut, bagimana jika suatu hari dia bertanya kenapa ibu bodoh? Atau aku melupakannya dan membuat dia terjatuh dari balkon setinggi ini. aku takut.
28 mei
Beberapa hari lagi dia akan keluar dari perutku., dan aku masih sering lupa kalau dia ada.
28 Mei 1997
Tadi pagi aku merasakan sakit yang amat sangat di perutku, aku tidak tahu mengapa, seperti anak di perutku akan segera keluar. Rasanya kau sangat takut, ketakutan yang amat sangat. Tapi ada rasa aneh yang menjalarku, rasa bahagia akan sebuah penantian, dan aku sedikit menyesal karena tersadar dengan perut yang masih membesar. Jika hal seperti tadi terjadi lagi entah besok atau kapan, aku berdoa pada tuhan ambil saja nyawaku saat itu, biar dia bahagia dengan ibu yang sehat, tuhan jika dia sudah besar sampaikan padanya aku menyayanginya, dan sampaikan maafku, jika aku pernah tidak sama sekali menginginkannya. Maafkan aku yang pernah berpikir akan menjatuhkannya dari balkon. Setidaknya hal itu tidak akan terjadi.

1 juni 1997
Bayi ku lahir, bayi yang cantik dan sehat, gemuk dan merah. Redis netha regarsari. Tapi dalam senyumku aku menangis, istriku tak sempat melihatnya. Desi gadis cantik, yang penderitaannya membuat aku sadar aku sangat mencintainya, tidak masalah dia lupa saat aku memberinya 35 bunga pada 1 February 1997, saat dia lupa bagaimana aku melamarnya, saat dia selalu dingin padaku, dan juga tidak masalah dia melupakan namaku beberapa hari setelah menikah. Tapi aku tetap mencintainya. Semakin lama semakin besar. Dan mulai saat ini aku akan sangat merindukanya. Aku tidak akan menangis karena dia pergi, karena aku tau dia melihatku disana. Dia akan membantuku merawat Redis. Sampai dewasa nanti.

Aku menangis membaca jurnal mama ku ini, ada apa? Aku bahkan tak dapat berkomentar saat membacanya. Aku mebisu, pikiranku terpaku dan kini air mataku mengalir, Tuhan jaga ibuku disana. Hanya itu, apa yang harus kulakukan lagi aku tidak tahu. Yang jelas saat ini aku ingin pulang dan minta maaf pada ayahku, lalu memeluknya erat.
Mama… I miss you!
terinspirasi dari sebuh drakor special “a thausand promise”
Cerpen Karangan: Ristanti Nur Insyirah
Facebook: Riries Clarista

Tidak ada komentar:

Posting Komentar