Sabtu, 01 Februari 2014



Aku beranjak dari tempat tidurku kulihat jam menunjukan pukul 06.15 aku segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah baruku, aku dan keluargaku baru saja pindah rumah karena pekerjaan ayahku yang membuat kami harus pindah, setelah kurasa sudah rapi aku langsung keluar kamar dan menyapa kedua orangtuaku yang tengah menungguku di meja makan. “rini, ayo sarapan dulu” ucap ibuku yang tengah menyiapkan roti untukku “iya bu, oh iya ayah hari ini nganterin aku ke sekolah kan?” ucapku “iya ayah anterin,” ucap ayah sambil tersenyum padaku, setelah selesai kami pun berangkat.

“Anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru, silahkan masuk rini” ucap seorang guru cantik mempersilahkan aku masuk ke kelas, aku pun memperkenalkan diriku di depan semua teman-teman baruku yang belum aku kenal dan setelah itu aku duduk di bangkuku.
Bel istirahat pun berbunyi aku keluar dari kelas dan tak sengaja aku menabrak seorang cowok bertubuh tinggi, berkulit sawo matang, berhidung mancung dan berambut agak keriting “maaf, maaf aku gak sengaja” aku merasa sangat bersalah karena gara-gara aku menabraknya handphone yang dia pegang jatuh namun dia hanya diam dan pergi meninggalkanku “maaf banget, handphonenya nanti aku ganti deh” teriakku padanya tapi dia terus berjalan tanpa menengok ke arahku lagi mungkin dia sangat marah padaku, aku sangat merasa bersalah.
Karena perutku terasa lapar aku pun pergi ke kantin, setelah aku memesan makanan aku mencari tempat duduk yang kosong, ku lihat ada bangku yang hanya diduduki oleh seorang cowok dan ternyata cowok itu adalah cowok yang tadi tak sengaja aku tabrak aku ragu untuk duduk di sana namun aku sudah merasa sangat lapar jadi dengan terpaksa aku bejalan mendekatinya “boleh aku duduk disini?” aku bertanya dengan wajah yang sedikit takut tapi seperti biasa dia hanya diam dan tak menjawab sepatah katapun, akhirnya aku pun duduk di sebelahnya “aku rini” aku mencoba memperkenalkan diriku padanya dengan mengulurkan tanganku namun dia tetap diam aku jadi berfikir apakan dia ini tidak bisa bicara.
Beberapa saat kemudian seorang cewek menghampiri kami berdua “kamu siapa? Ngapain kamu duduk disini?” ucap cewek itu ketus padaku “bangku disini penuh semua, Cuma di sini aja yang kosong jadi aku duduk disini” ucapku “alesan aja kamu, bilang aja kamu pengen deket-deket pacar aku kan, mendingan sekarang kamu pergi dari bangku ini” ternyata itu adalah pacar cowok dingin ini “tapi kan ini tempat umum siapa aja boleh duduk disini, lagian aku gak ngedeketin pacar kamu” ucapku membela diri namun dia terlihat sangat marah dengan ucapanku lalu cewek itu mengambil jus yang telah aku pesan dan melemparkan cairan jus itu padaku “desy cukup, kamu apa-apaan sih!!!” untuk pertama kalinya aku mendengar cowok itu mengeluarkan suaranya “arman kamu belain dia?” kata cewek yang bernama desy itu, tanpa menjawab ucapan desy cowok itu langsung menarik tangan desy dan membawanya pergi dari kantin.
Saat mereka telah pergi aku baru sadar kalau semua teman-teman di kantin memperhatikan aku, karena merasa malu aku pun pergi dari kantin menuju toilet untuk membersihkan tubuhku namun tiba-tiba cowok dingin yang ternyata bernama arman itu menghampiriku dan memberikan sapu tangannya padaku setelah itu dia pergi tanpa bicara apapun aku merasa sangat heran dengan sikap arman yang tak pernah bicara padaku.
Bel telah berbunyi lagi bertanda waktunya pulang, aku berdiri di depan gerbang menunggu ayahku menjemput tak lama kemudian handphone ku berbunyi dan ternyata ayah mengirim sms dan memberitahuku bahwa dia tidak bisa menjemputku, aku pun berjalan meninggalkan gerbang sekolah ku tiba-tiba sebuah motor berwarna merah menghampiriku “mau bareng?” kata cowok yang ternyata adalah arman, aku tak percaya ternyata arman bicara padaku aku terpaku dan menatap nya, ternyata arman sangat tampan walaupun dia sering bersikap dingin padaku “hei kok diem aja sih? Mau pulang bareng gak?” katanya menyadarkan aku dari lamunanku “emm, kamu ngajakin pulang bareng? Gak salah? tadi di sekolah kan kamu dingin banget sama aku, kok sekarang tiba-tiba ngajak pulang bareng sih?” tanyaku heran “jangan keGRan yah aku ngajakin pulang bareng Cuma sebagai tanda maaf aja soalnya baju kamu kotor gara-gara desy, jadi yah kasian aja kalau kamu pulang sendiri dengan baju kamu yang kotor itu” ucap arman dengan wajah yang datar “gak usah deh aku bisa pulang sendiri kok lagian aku udah maafin kamu sama desy jadi gak usah repot-repot mau nganterin aku” ucapku sambil berjalan meninggalkannya namun arman mengikutiku “udah cepet naik” katanya sambil menarik tanganku untuk naik ke motornya, aku merasa kesal karena arman memaksa ku untuk pulang bareng dengannya tapi di sisi lain ada perasaan senang karena aku bisa pulang bareng sama arman, semoga ini bukan perasaan suka karena aku gak mungkin suka sama cowok yang selalu bersikap dingin padaku.
Di perjalanan aku dan arman tidak bicara apapun kami sama-sama diam namun tiba-tiba arman bertanya padaku “rumah kamu yang di depan itu kan?” katanya yang membuatku heran mengapa arman bisa tau rumahku padahal kami baru kenal “ko kamu tau kalau yang di depan itu rumah aku?” tanyaku, namun arman tak menjawabnya dia hanya diam. Beberapa saat kemudian kami sampai di depan rumahku, arman menghentikan motornya lalu aku pun turun namun setelah itu arman langsung melaju pergi tanpa berkata apapun, aku merasa dia benar-benar cowok yang sangat aneh.
Aku masuk ke dalam rumah namun tak ada siapa-siap di rumah ku, ayah sedang meeting dan ibu pasti sedang arisan sedangkan pembantuku sejak seminggu yang lalu pulang kampung. Aku pun pergi ke kamarku dan membaringkan tubuhku di kasur, ku tatap langit-langit kamarku entah kenapa tiba-tiba wajah arman muncul di depan mataku aku membayangkan lagi kejadian hari ini di sekolah, saat aku menabrak arman lalu saat arman memberikan sapu tangannya padaku aku tersadar tentang sapu tangan yang arman berikan padaku ternyata belum aku kembalikan, aku pun mengeluarkan sapu tangan itu dari dalam tas ku lalu aku memperhatikan sapu tangan itu dan aku melihat ada tulisan “R.A” aku teringat sesuatu saat melihat tulisan itu aku mencoba mengingatnya namun aku benar-benar lupa.
Suasana di kamarku pun tiba-tiba hening sampai terdengar suara handphone ku berbunyi, aku mengambilnya ternyata ada telepon dari nomor yang tidak aku kenal lalu aku mengangkatnya “hallo? Siapa ini?” tanyaku “kalau kamu mau tau siapa aku, hari minggu nanti kamu harus ke bandung terus kamu datang ke sungai yang ada di belakang taman yang dulu sering kamu datangi, dan inget kamu harus bawa barang yang berhubungan dengan masa lalu kamu” ucap cowok misterius itu “memangnya ini siapa? Kenapa aku aku harus datang ke bandung, hallo, hallo?” suaranya terputus, aku merasa sangat heran sebenarnya siapa cowok yang menelpon ku tadi dan kenapa dia menyuruhku datang ke bandung dan membawa barang-barang masa lalu ku, apa maksud semua ini, seribu pertanyaan menghantui pikiranku.
Hari ini aku tidak melihat arman di sekolah, aku sudah mencari arman ke kelasnya namun temannya bilang arman tidak masuk sekolah padahal aku ingin mengembalikan sapu tangan dan memberikan handphone baru untuk menggantikan handphone nya yang kemarin rusak, namun arman malah tidak masuk sekolah dan entah kenapa muncul perasaan sedih saat aku tidak melihat arman hari ini, aku jadi teringat penelpon misterius kemarin sore dan aku jadi merasa sangat penasaran sebenarnya siapa cowok itu.
Akhirnya waktu pulang pun tiba aku senang hari ini ayah menjemputku, di perjalanan aku bertanya pada ayah “yah besok kan hari minggu, boleh gak yah aku besok pengen ke bandung?” “mau ngapain rini kamu ke bandung kita kan udah pindah ke Jakarta,” ucap ayah “aku kangen aja sama rumah yang di bandung yah, sekalian aku juga pengen ketemu temen-temen aku disana, boleh kan yah?” aku berharap ayah mengijinkanku pergi kesana “terus kamu mau ke bandung sama siapa? Ayah kan sibuk rini, ayah banyak pekerjaan sekarang” aku sedikit kecewa dengan jawaban ayah “aku berangkat sendiri aja yah, gak apa-apa kok lagian di bandung kan aku bisa nginep di rumah tante vina, gimana yah boleh gak?” aku terus memohon pada ayah agar ayah memberikan ijin padaku “kamu berani berangkat sendiri? Ibu pasti gak kan ngijinin kamu berangkat sendiri, udahlah rini lain kali aja ke bandung nya” aku diam tak menjawab perkataan ayah, aku sangat kesal karena ayah tak mengijinkanku ke bandung “ya sudah kalau kamu benar-benar mau ke sana ayah ijinkan tapi kamu pergi kesana sama pak dedi yah soalnya ayah takut terjadi apa-apa sama kamu kalau kamu pergi sendiri” aku lega mendengar keputusan ayah perlahan aku tersenyum karena aku merasa sangat senang.
Pagi itu aku sudah bersiap-siap untuk pergi, sebelum aku pergi aku berpamitan kepada kedua orangtuaku “hati-hati di jalan yah rini, inget kamu di bandung Cuma ibu kasih waktu 3 hari setelah itu kamu harus langsung pulang” kata ibu sambil memeluk ku “iya bu Cuma 3 hari” ucapku sambil tersenyum pada ibu dan ayah “pak jangan ngebut-ngebut yah, jagain anak saya” kata ayah ke pak dedi supir pribadi ayah “siap pak” jawab pak dedi dengan sopan, setelah mengobrol sebentar dengan orangtuaku aku pun bergegas pergi.
Beberapa jam kemudian aku telah sampai di rumah tante vina, tante vina sangat senang karena 3 hari kedepan aku akan menginap di rumahnya karena tante vina hanya tinggal sendiri di rumahnya jadi aku bisa menemani tante vina untuk 3 hari kedepan.
Sore itu aku pergi ke sungai masa kecilku sebenarnya aku berharap bisa bertemu cowok misterius itu, namun sudah hampir 1 jam aku duduk di pinggir sungai itu dan tak ada satu orang pun yang datang menghampiriku, aku jadi berfikir apakah cowok misterius itu hanya mengerjaiku saja. Pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah tante vina namun tiba-tiba aku mendengar suara musik yang berasal dari tempat yang tadi aku duduki karena penasaran aku pun kembali ke tempat tadi dan aku melihat ada kotak musik, aku heran siapa yang menyimpan kotak musij itu. Aku pun mengambilnya dan aku melihat ada secarik kertas yang menempel di kotak musik itu, kubaca surat itu dan isi surat itu menyuruhku untuk datang lagi ke sungai ini besok jam 10.00 pagi aku jadi yakin bahwa yang mengirim surat ini adalah cowok misterius itu, aku melihat ke sekeliling sungai itu namun aku tidak melihat siapapun hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan datang lagi besok pagi sesuai dengan isi surat itu.
Aku berjalan menuju sungai masa kecilku, hari ini aku berharap bisa bertemu dengan cowok misterius itu karena aku makin penasaran sebenarnya siapa cowok yang sepertinya telah mengenalku dari dulu. Sesampainya di sungai aku duduk di pinggir sungai itu, aku melihat sekeliling sungai itu entah kenapa sebuah kenangan menghampiri pikiranku, kenangan masa kecilku dengan cowok yang menyebutkan namanya adalah AR cowok yang menurutku aneh karena namanya sangat singkat, aku mengenalnya di sungai ini, saat itu aku masih berumur 7 tahun, aku melihat seorang anak cowok sedang menangis di pinggir sungai aku menghampirinya dan memberikannya permen lollipop milikku, dia pun mengambil lollipop itu dan tersenyum padaku, dan semenjak itu aku dengan AR menjadi akrab setiap hari kami selalu main ke sungai ini sampai pada suatu hari AR tidak memberiku kabar dan tiba-tiba menghilang, aku tidak tau AR pergi kemana dan sampai sekarang aku masih tidak tau kemana teman kecilku itu.
Beberapa saat kemudian aku tersadar ada seorang cowok yang duduk di sebelahku dan aku tidak percaya cowok yang sekarang ada di sampingku adalah arman cowok yang selalu bersikap dingin padaku “apa kabar?” katanya menyadarkan lamunanku “arman? Kenapa kamu ada disini? Dan sejak kapan kamu duduk disini?” aku benar-benar tidak menyadari keberadaan arman karena aku terlalu serius mengingat masa kecilku, aku juga heran kenapa arman bisa tau aku ada di sini apakah arman adalah cowok misterius itu? Aku benar-benar bingung dengan semua ini, lalu dengan tiba-tiba arman mengeluarkan sebuah permen lollipop yang sudah agak retak “masih inget sama permen ini?” ucap arman sambil menunjukan permen itu padaku sesaat aku langsung ingat teman kecilku yang dulu tiba-tiba menghilang “kamu AR? Jadi AR itu adalah kamu arman?” aku makin heran dan bingung lalu arman menatapku “iya rini ini aku AR anak cowok yang dulu nangis terus kamu kasih permen ini, aku masih nyimpen permen ini karena aku yakin aku bakalan ketemu lagi sama kamu, rini maaf dulu aku tiba-tiba pergi dan gak ngasih kabar sama kamu, aku punya alasan kenapa aku kaya gitu” ucap arman sambil menggenggam tanganku “jadi kamu AR, kenapa kamu gak bilang dari awal arman? Kenapa kamu malah bersikap dingin sama aku? Dan kenapa dulu kamu ninggalin aku?” ucapku dengan sangat penasaran “waktu kamu pertama kali masuk sekolah aku masih belum yakin kalau kamu adalah rini temen kecil aku makannya aku bersikap dingin sama kamu, tapi karena aku penasaran banget sama kamu, aku nyari informasi tentang kamu dan setelah aku tau kalau kamu pindahan dari bandung aku makin penasaran sama kamu makannya aku telepon kamu dan nyuruh kamu datang ke bandung biar aku bisa bener-bener yakin kalau kamu rini temen kecil aku. Dan maaf dulu aku tiba-tiba pergi aku mendadak harus pindah ke Jakarta soalnya ayah sama ibu aku cerai dan aku ikut ibu kejakarta, sekali lagi maaf yah.”
Aku benar-benar merasa bahwa ini semua adalah mimpi, temen kecil yang dulu tiba-tiba pergi ninggalin aku adalah arman, cowok misterius itu juga arman dan ternyata arman memiliki orangtua yang sudah berpisah, mungkin itu yang membuat dia menjadi cowok yang bersikap dingin sama orang lain. “jujur aku masih merasa kalau ini adalah mimpi, aku gak nyangka ternyata kamu adalah temen kecil aku dan kita bisa ketemu lagi setelah beberapa tahun kita gak ketemu” ucapku sambil tersenyum padanya, aku merasa sangat senang karena aku bisa bertemu dengan AR yang ternyata arman.
“rini, aku mau jujur sesuatu sama kamu.” Kata arman “jujur apa lagi?” kataku dan tersenyum padanya “semenjak aku kenal kamu dulu aku udah mulai suka sama kamu, dulu waktu aku pergi aku berharap bisa ketemu kamu lagi dan mengungkapkan perasaan aku, sekarang waktu yang tepat kamu tau perasaan aku. Kamu mau gak jadi pacar aku?” arman mengatakan hal yang membuat jantung aku deg-degan, apa mungkin aku juga jatuh cinta sama arman, aku mencoba menatap matanya “kamu serius sama omongan kamu? Tapi bukannya kamu udah pacaran sama desy?” ucapku “aku sama desy nggak pacaran, dia aja yang ngaku-ngaku jadi pacar aku pdahal nggak, aku sukanya sama kamu dari dulu, jadi apa jawaban kamu?” ucap arman, aku merasa aku juga sudah jatuh cinta padanya jadi tidak ada salahnya jika aku mencoba “iya aku mau jadi pacar kamu.” Aku sudah sangat yakin dengan jawabanku, akhirnya kenangan kecilku menjadi kisah cinta yang akan aku mulai bersama arman, dan aku percaya bahwa cinta bisa berawal dari apa saja bahkan bisa berawal dari masa lalu kita sendiri.

 Cerpen Karangan: Erni Nuraeni
Facebook: https://www.facebook.com/niee.nuraeni.8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar